Pedoman Penyusunan Soal Pilihan Ganda (PG), Esai (Uraian), dan Praktik (Kinerja)
Tes prestasi belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan
seseorang setelah menjalani proses pembelajaran. Tes ini penting sekali
dilakukan oleh guru, sekolah maupun lembaga kependidikan untuk mengetahui
seberapa jauh peserta didik sudah mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hasil tes dapat digunakan oleh guru,
sekolah, atau institusi kependidikan lainnya untuk mengambil keputusan atau umpan
balik untuk
perbaikan proses belajar mengajar. Jadi,
secara tidak langsung tes dapat digunakan untuk mengetahui kemajuan dan
perkembangan pendidikan dari waktu ke waktu.
Tes standar adalah tes yang soal-soalnya sudah mengalami proses analisis, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membuat tes standar adalah (1) menentukan tujuan tes; (2) menentukan acuan yang akan dipakai untuk tes (criteria atau norma); (3) membuat kisi-kisi; (4) memilih soal-soal dari kumpulan soal yang sudah ada sesuai dengan kisi-kisinya.
Apabila soal yang diambil merupakan soal baru, maka soal-soal tersebut harus melalui tahap telaah secara kualitatif, revisi, uji oba, analisis hasil uji coba sehingga diperoleh soal yang baik dari segi kualitatif dan kuantitatif. Selain itu pengadministrasian tes (pelaksanaan tes) juga dibuat standar. Untuk tes prestasi belajar terstandar, soal-soal harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Dalam hal ini kurikulum atau SKL (Standar Kompetensi Lulusan) yang sudah ditetapkan apabila tes tersebut akan digunakan untuk kelulusan, dan proses penskorannya juga harus dilakukan secara standar, terutama apabila ada soal berbentuk uraian, sehingga hasil dari tes tersebut dapat dilihat keterbandingannya.
Pengembangan bank soal tes prestasi belajar sebenarnya dapat dilakukan oleh setiap guru di sekolah atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Kegiatan pengembangan bank soal ini dimulai dengan penulisan kisi-kisi, penulisan soal, telaah, uji coba, analisis kuantitatif soal dan kalibrasi soal. Soal-soal yang terbukti bermutu baik secara kualitatif dan kuantitatif dikumpulkan dan disimpan dalam bank soal. Adapun tahap-tahap pengembangan soal adalah sebagai berikut:
Soal-soal mentah yang dibuat oleh para penulis soal berdasarkan kisi-kisi yang disusun akan masuk dalam kategori soal mentah. Soal mentah akan ditelaah secara kualitatif sehingga diperoleh soal baik tanpa revisi dan soal yang perlu direvisi serta soal yang tidak baik. Soal yang perlu direvisi akan langsung direvisi sehingga diperoleh soal yang baik. Sedangakan soal yang tidak baik ditolak dan tidak terpakai.
Pengukuran secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis (paper and pencil test). Tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, siswa tidak selalu harus merespon dalam bentuk jawaban, tetapi juga dapat dilakukan dalam bentuk lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan sejenisnya. Tes tertulis merupakan teknik pengukuran yang banyak digunakan dalam menilai pencapaian kompetensi mata pelajaran sebagai hasil belajar.
Soal pilihan ganda merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disedikan. Kontruksinya terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri atas kunci dan pengecoh. Kunci jawaban harus merupakan jawaban benar atau paling benar sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, namun daya jebaknya harus berfungsi, artinya siswa memungkinkan memilihnya jika tidak menguasai materinya.
Dalam menulis soal pilihan ganda harus memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:
1. Materi
a . Soal harus sesuai dengan indikator.
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Soal uraian adalah soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan‑gagasan atau hal‑hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut secara tertulis dengan kata-katanya sendiri. Berdasarkan penskorannya soal uraian diklasifikasikan atas uraian objektif dan uraian nonobjektif. Soal uraian objektif adalah soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan rumusan jawaban yang pasti sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif. Sedangkan soal uraian nonobjektif adalah soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan rumusan jawaban menurut pendapat masing‑masing siswa sehingga penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif.
1. Materi
a. 5 orang
Peraturan harus ditaati, jangan dijadikan momok.
Peraturan harus ditaati, jangan dijadikan beban.
B. Contoh-Contoh Bentuk Soal Uraian
PEDOMAN PENSKORAN
Pedoman Penskoran
Banyak cara yang dilakukan untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Jika ditinjau dari penyiapan alat tes yang digunakan, maka pengukuran tes
prestasi belajar dapat dibagi dua tipe,
yaitu (1) pengukuran yang menggunakan tes yang dibuat guru dan (2) pengukuran
yang menggunakan tes standar. Bentuk tes yang dibuat guru di kelas tentunya
berbeda dengan bentuk tes standar. Bentuk tes yang dibuat guru bisa sangat
bervariasi, misalnya tes tertulis, tes lisan, tes kinerja, sikap dan
pengukurannya lebih menekankan untuk mendapatkan informasi proses pembelajaran
siswa dari hari ke hari. Sedangkan bentuk tes standar, soal dan penskorannya
harus lebih objektif dan mudah. Pada
umumnya tes standar hanya menggunakan
satu jenis penilaian saja yaitu tes tertulis, khususnya bentuk soal pilihan
ganda. Hal ini disebabkan tes standar digunakan untuk keperluan yang lebih luas
dan umum, misalnya tes untuk bisa masuk ke jenjang pendidikan berikutnya, tes
untuk melihat daya serap siswa, tes pemantauan mutu siswa dan sebagainya.
Tes standar adalah tes yang soal-soalnya sudah mengalami proses analisis, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membuat tes standar adalah (1) menentukan tujuan tes; (2) menentukan acuan yang akan dipakai untuk tes (criteria atau norma); (3) membuat kisi-kisi; (4) memilih soal-soal dari kumpulan soal yang sudah ada sesuai dengan kisi-kisinya.
Apabila soal yang diambil merupakan soal baru, maka soal-soal tersebut harus melalui tahap telaah secara kualitatif, revisi, uji oba, analisis hasil uji coba sehingga diperoleh soal yang baik dari segi kualitatif dan kuantitatif. Selain itu pengadministrasian tes (pelaksanaan tes) juga dibuat standar. Untuk tes prestasi belajar terstandar, soal-soal harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Dalam hal ini kurikulum atau SKL (Standar Kompetensi Lulusan) yang sudah ditetapkan apabila tes tersebut akan digunakan untuk kelulusan, dan proses penskorannya juga harus dilakukan secara standar, terutama apabila ada soal berbentuk uraian, sehingga hasil dari tes tersebut dapat dilihat keterbandingannya.
Untuk membuat tes prestasi belajar terstandar yang dapat digunakan
setiap saat, dibutuhkan butir-butir soal cukup banyak. Kebutuhan butir-butir
soal yang bagus dan banyak ini bisa diatasi apabila ada bank soal yang
menyimpan soal-soal tersebut.
Bank soal adalah kumpulan soal-soal dalam jumlah yang besar, dan
mengukur pengetahuan yang sama, disimpan di dalam komputer bersama dengan
karakteristik setiap butir soalnya. Bank soal ini perlu dibuat dan harus selalu
dikembangkan karena:
(1) dapat menyiapkan tes yang
dibutuhkan secara rutin dan lebih dari satu set;
(2) memungkinkan diterapkannya
tes melalui komputer (computer adaptive test–cat), sehingga setiap saat peserta tes dapat mengikuti
tes kapan saja; dan
(3) kualitas
tes dapat dipertanggungjawabkan.
Pengembangan bank soal tes prestasi belajar sebenarnya dapat dilakukan oleh setiap guru di sekolah atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Kegiatan pengembangan bank soal ini dimulai dengan penulisan kisi-kisi, penulisan soal, telaah, uji coba, analisis kuantitatif soal dan kalibrasi soal. Soal-soal yang terbukti bermutu baik secara kualitatif dan kuantitatif dikumpulkan dan disimpan dalam bank soal. Adapun tahap-tahap pengembangan soal adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Analisis secara kualitatif
Soal-soal mentah yang dibuat oleh para penulis soal berdasarkan kisi-kisi yang disusun akan masuk dalam kategori soal mentah. Soal mentah akan ditelaah secara kualitatif sehingga diperoleh soal baik tanpa revisi dan soal yang perlu direvisi serta soal yang tidak baik. Soal yang perlu direvisi akan langsung direvisi sehingga diperoleh soal yang baik. Sedangakan soal yang tidak baik ditolak dan tidak terpakai.
Tahap
2: Analisis secara kuantitatif
Soal-soal yang baik secara kualitatif akan dirakit untuk proses uji coba sehingga diperoleh data-data respon jawaban siswa. Respon jawaban siswa ini dianalisis menggunakan komputer sehingga diperoleh soal-soal yang baik dengan data-data parameter tingkat kesukaran dan daya beda untuk setiap butir soal. Pengembangan bank soal ini harus dilakukan secara terus menerus sehingga diperoleh soal-soal yang cukup banyak sesuai dengan perubahan yang terjadi baik pada kurikulum maupun pada SKL-nya.
Soal-soal yang baik secara kualitatif akan dirakit untuk proses uji coba sehingga diperoleh data-data respon jawaban siswa. Respon jawaban siswa ini dianalisis menggunakan komputer sehingga diperoleh soal-soal yang baik dengan data-data parameter tingkat kesukaran dan daya beda untuk setiap butir soal. Pengembangan bank soal ini harus dilakukan secara terus menerus sehingga diperoleh soal-soal yang cukup banyak sesuai dengan perubahan yang terjadi baik pada kurikulum maupun pada SKL-nya.
BAB
II
TEKNIK
PENYUSUNAN KISI-KISI
Kisi-kisi dapat didefinisikan sebagai matriks informasi yang dapat dijadikan
pedoman untuk menulis dan merakit soal menjadi tes. Dengan menggunakan
kisi-kisi, penulis soal dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan
tes dan perakit
tes akan mudah menyusun perangkat tes. Berbagai paket tes yang memiliki
tingkat kesulitan, kedalaman materi, dan cakupan materi sama (paralel) akan
mudah dihasilkan hanya dengan satu kisi-kisi yang baik. Kisi-kisi soal yang
baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
(1)
mewakili isi kurikulum yang akan
diujikan;
(2)
komponen-komponennya rinci,
jelas, dan mudah dipahami; dan
(3)
soal-soalnya dapat dibuat sesuai
dengan indikator dan bentuk soal yang
ditetapkan.
Pemilihan materi dalam penyusunan kisi-kisi hendaknya memperhatikan
empat aspek sebagai berikut:
(1)
urgensi, secara teoretis materi
yang akan diujikan mutlak harus dikuasai siswa;
(2)
relevansi, materi yang dipilih
sangat diperlukan untuk mempelajari atau memahami bidang lain;
(3)
kontinuitas, materi yang dipilih
merupakan materi lanjutan atau pendalaman materi dari yang sebelumnya pernah dipelajari
dalam jenjang yang sama maupun antar jenjang;dan
(4)
kontekstual, materi memiliki daya
terap dan nilai guna yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penulisan soal tes prestasi belajar (TPB), seperti ujian harian,
ujian semester, dan ujian kenaikan kelas, para pembuat soal perlu mengetahui
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) dalam kurikulum
menjadi indikator soal (tidak selalu sama dengan indikator pembelajaran).
Berdasarkan indikator ini, penulis soal dapat mengetahui kemampuan siswa yang akan
diukur sehingga paket soal yang disusun merupakan deskripsi kompetensi siswa
terhadap materi tertentu dalam kurikulum. Berikut ini adalah diagram yang
menggambarkan proses penjabaran
kompetensi dasar menjadi indikator.
Bagan Penjabaran Kompetensi Dasar
______
: garis langkah-langkah penulisan butir soal
..........
: garis pengecekan ketepatan rumusan butir soal
Keterangan
diagram
Kompetensi Dasar : Kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa
setelah mempelajari materi pelajaran tertentu. Kompetensi dasar ini diambil
dari Standar Isi.
Materi : Bahan ajar yang harus dikuasai siswa berdasarkan
kompetensi dasar yang akan diukur. Penentuan materi (bahan ajar) yang akan
diambil disesuaikan dengan indikator
yang akan disusun.
Indikator : Berisi ciri-ciri perilaku yang dapat diukur sebagai
petunjuk untuk membuat soal.
Soal : Disusun berdasarkan indikator yang dibuat.
Diagram di atas menunjukkan bahwa seorang penulis soal dalam
menjabarkan kompetensi dasar menjadi indikator perlu melalui langkah-langkah
berikut:
- memilih
kompetensi dasar yang akan diukur;
- menentukan
materi (bahan ajar);
- membuat
indikator yang mengacu pada kompetensi dasar dengan memperhatikan
konteks/materi yang dipilih; dan
- menulis
soal berdasarkan indikator yang dibuat.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kesesuaian antara
indikator yang disusun dan kompetensi dasar, disarankan untuk melihat
kompetensi dasar dan materi yang ada dalam kisikisi. Indikator yang baik harus
memiliki kriteria:
- memuat
ciri-ciri kompetensi dasar yang akan diukur.
- memuat
kata kerja operasional yang dapat diukur.
- berkaitan
dengan materi (bahan ajar) yang dipilih dapat dibuatkan soalnya.
Dalam penyusunan indikator, komponen -komponen yang perlu
diperhatikan adalah subjek, perilaku yang akan diukur, dan kondisi/konteksnya. Sekarang
mari kita lihat contoh format kisi-kisi penulisan soal berikut.
Kisi-Kisi Penulisan Soal Ujian Akhir Sekolah
Satuan Pendidikan :
SMKN 8 Jakarta
Mata Pelajaran :
Matematika
Kompetensi Keahlian :
Administrasi Perkantoran
Kurikulum :
Tingkat Satuan Pendidikan
Alokasi Waktu :
120 Menit
Jumlah Soal :
30 Pilihan Ganda (PG), 5 Uraian
Format kisi-kisi penulisan soal memuat identitas kisi-kisi dan
matrik spesifikasi rumusan butir soal. Identitas kisi-kisi minimal memuat nama
satuan pendidikan, mata pelajaran, program studi (jika ada), kurikulum, alokasi
waktu, dan jumlah dan bentuk soal,
sedangkan matrik spesifikasi setidaknya mencakup kompetensi dasar
(KD), materi, kelas dan semester, indikator, bentuk soal, dan nomor soal.
Dalam KTSP, SK dan KD telah disediakan sehingga kita hanya
memilihnya bukan menyusunnya, sedangkan untuk materi dan indikator, penulis
soal harus menyusunnya, misalnya dengan menjadikan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan syllabus sebagai salah satau referensi. Ingat, indikator
yang terdapat dalam sylabus atau RPP tidak selalu otomatis bisa menjadi
indikator butir soal. Indikator yang dikembangkan dalam RPP dan sylabus adalah indikator
ketercapaian tujuan pembelajaran sedangkan indicator dalam kisi-kisi penulisan
butir soal merupakan indikator untuk penyusunan butir soal.
Sebagaimana sudah Anda ketahui, satu SK dapat memuat atau bisa
dikembangkan menjadi beberapa KD (minimal satu KD), kemudian berdasarkan key
word dalam KD, kita bisa menentukan materi. Sedangkan indikator butir soal
disusun berdasarkan KD, satu KD bisa dikembangkan menjadi beberapa indikator (minimal satu
indikator). Selain itu bentuk soal (penilaian) juga sangat ditentukan oleh KD
dan indikator, sehingga KD tertentu hanya bisa diukur atau lebih tepat diukur
dengan menggunakan bentuk soal
BAB
III
TEKNIK
PENYUSUNAN SOAL
A.
Pengertian
Pengukuran secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis (paper and pencil test). Tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, siswa tidak selalu harus merespon dalam bentuk jawaban, tetapi juga dapat dilakukan dalam bentuk lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan sejenisnya. Tes tertulis merupakan teknik pengukuran yang banyak digunakan dalam menilai pencapaian kompetensi mata pelajaran sebagai hasil belajar.
Soal tes tertulis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu soal dengan
memilih jawaban yang sudah disediakan (bentuk soal pilihan ganda, benar-salah)
dan soal dengan memberikan jawaban secara tertulis (bentuk soal isian, jawaban
singkat dan uraian).
Dilihat dari bentuk soalnya, tes tertulis dapat dikelompokkan menjadi
tes tertulis objektif seperti pilihan ganda dan isian, dan tes tertulis
non-objketif seperti bentuk soal uraian non-objketif.
B. Bentuk Soal Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disedikan. Kontruksinya terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri atas kunci dan pengecoh. Kunci jawaban harus merupakan jawaban benar atau paling benar sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, namun daya jebaknya harus berfungsi, artinya siswa memungkinkan memilihnya jika tidak menguasai materinya.
Soal pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat, dan memiliki
objektivitas yang tinggi, mengukur berbagai tingkatan kognitif, serta dapat
mencakup ruang lingkup materi yang luas dalam suatu tes. Bentuk ini sangat
tepat digunakan untuk ujian berskala besar yang hasilnya harus segera
diumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir sekolah, dan ujian seleksi
pegawai negeri. Hanya saja, untuk meyusun soal pilihan ganda yang bermutu perlu
waktu lama dan biaya cukup besar, disamping itu, penulis soal akan kesulitan
membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi, terdapat
peluang untuk menebak kunci jawaban, dan peserta mudah mencotek
kunci jawaban. Secara umum, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem)
dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban
dan pengecoh (distractor). Dalam penyusunan soal tes tertulis, penulis
soal harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi,
konstruksi, maupun bahasa. Selain itu soal yang dibuat hendaknya menuntut
penalaran yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara :
- mengidentifikasi
materi yang dapat mengukur perilaku pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, atau evaluasi. Perilaku ingatan juga diperlukan namun
kedudukannya adalah sebagai langkah awal sebelum siswa dapat mengukur perilaku
yang disebutkan di atas;
- membiasakan
menulis soal yang mengukur kemampuan berfikir kritis dan mengukur keterampilan
pemecahan masalah; dan
- menyajikan
dasar pertanyaan (stimulus) pada setiap pertanyaan, misalnya dalam bentuk
ilustrasi/bahan bacaan seperti kasus, contoh, tabel dan sebagainya.
Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda
Dalam menulis soal pilihan ganda harus memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:
1. Materi
a . Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Pilihan jawaban harus homogen dan logis
ditinjau dari segi materi.
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban
yang benar atau yang paling benar.
2.
Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban
harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja.
c.
Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang
bersifat negatif ganda.
e. Panjang rumusan pilihan jawaban harus
relatif sama.
f. Pilihan jawaban jangan mengandung
pernyataan, "Semua pilihan jawaban di
atas salah", atau "Semua
pilihan jawaban di atas benar".
f.
Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka tersebut,
atau kronologisnya.
g.
Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus
jelas dan berfungsi.
h.
Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
3. Bahasa
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
b. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku
setempat, jika soal akan digunakan
untuk daerah lain atau nasional.
c. Setiap soal harus menggunakan bahasa
yang komunikatif.
d. Pilihan jawaban jangan mengulang kata
atau frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian.
C . Uraian
Soal uraian adalah soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan‑gagasan atau hal‑hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut secara tertulis dengan kata-katanya sendiri. Berdasarkan penskorannya soal uraian diklasifikasikan atas uraian objektif dan uraian nonobjektif. Soal uraian objektif adalah soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan rumusan jawaban yang pasti sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif. Sedangkan soal uraian nonobjektif adalah soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan rumusan jawaban menurut pendapat masing‑masing siswa sehingga penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif.
Kaida-kaidah
yang harus diperhatikan dalam penulisan soal uraian adalah sebagai berikut:
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus jelas.
c. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau
tingkat kelas.
2. Konstruksi
a.
Rumusan
kalimat soal atau pertanyaan
harus menggunakan kata‑kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai,
seperti: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan,
buktikan, hitunglah. Jangan menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban
uraian, misalnya: siapa, di mana, kapan. Demikian juga kata‑kata tanya yang
hanya menuntut jawaban ya atau tidak.
b.
Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan soal.
c. Buatlah pedoman penskoran segera setelah soalnya ditulis.
d. Hal‑hal lain yang
menyertai soal seperti tabel,
gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya, harus disajikan dengan jelas dan
berfungsi.
3. Bahasa
a.
Rumusan soal menggunakan bahasa yang
sederhana.
b. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan
siswa.
c. Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda atau salah pengertian.
d. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
e.
Rumusan soal harus komunikatif.
f.
Jangan menggunakan bahasa yang berlaku
setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
D.
Bentuk Soal Unjuk Kerja (Penilaian kinerja)
Penilaian
kinerja atau “Performance Assessment” adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai macam
konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Penilaian kinerja sering
dikaitkan dengan suatu kriteria yang diinginkan dalam praktek kehidupan
sehari-hari sehingga dikenal dengan nama “Authentic Assessment”.
Penilaian kinerja
merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam
melakukan sesuatu. Penilaian ini tepat dilakukan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut siswa menunjukkan kinerjanya. Cara penilaian ini
dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih
mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Penilaian kinerja siswa dapat
dilakukan melalui kegiatan percobaan di laboratorium, di ruang tertutup, di
kebun, dilapangan, atau di lingkungan sekitar.
Dalam penilianan
kinerja perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
- Identifikasi langkah-langkah
kinerja yang diharapkan sesuai dengan tuntutan kompetensi
- Kelengkapan dan ketepatan aspek
yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
- Upayakan kemampuan yang dinilai tidak terlalu banyak agar dapat
diamati.
- Kemampuan yang dinilai
diurutkan berdasarkan urutan yang diamati.
Teknik Penilaian
Penilaian
kemampuan kinerja dapat dilakukan dengan cara yang paling sederhana yaitu
menggunakan
·
Daftar cek (Checklist). Pada penilaian ini siswa
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati
oleh penilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya bisa memilih dua pilihan
absolut yaitu teramati atau tidak teramati, jika tidak dapat diamati maka siswa
tidak memperoleh nilai (tidak ada nilai tengah).
·
Skala Rentang
(Rating Scale). Pada penilaian ini memungkinkan penilai memberi
nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian
sebaiknya dilakukan lebih dari satu penilai untuk menghindari subjektivitas.
E.
Kartu Soal
BAB
IV
CONTOH-CONTOH
SOAL
A. Soal Pilihan ganda
1. Soal
harus sesuai dengan indikator
Indikator : Siswa dapat menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan luas bangun datar.
Contoh Soal yang Kurang Baik:
Sebuah taman berbentuk persegi panjang berukuran 16 m x 10 m. Jika taman
itu ingin diperluas dengan cara lebarnya diperpanjang 20% dari ukuran lebar semula. Berapakah
keliling taman tersebut?
a. 56 m
b. 62,4 m
c. 192 m
d. 230,4 m
Kunci : A
Penjelasan :
Dalam contoh di atas dapat dilihat bahwa kemampuan yang ingin diukur dalam
indikator adalah menghitung luas taman, sedangkan soal menanyakan keliling
taman. Rumusan
pokok soal ini tidak sesuai dengan indikator.
Contoh Soal yang Lebih Baik :
Sebuah taman berbentuk persegi panjang berukuran 16 m x 10 m. Jika taman
itu diperluas dengan cara lebarnya
diperpanjang 20% dari ukuran lebar
semula. Berapakah luas taman
tersebut?
a. 61,4 m
b. 162 m
c. 192 m
d. 230,4
m
Kunci : C
2. Pilihan jawaban harus homogen dan logis
ditinjau dari segi materi
Contoh Soal yang Kurang Baik:
Wakil dari
Indonesia yang turut menandatangani Deklarasi Bangkok adalah ....
a. Ali Alatas
b. Mohamad
Hatta
c. Adam Malik
d. Menteri
Dalam Negeri
Kunci: C
Penjelasan:
Pilihan
jawaban d pada contoh soal di atas tidak homogen dari segi materi karena tidak menyebutkan
tokohnya, demikian pula option a kurang logis karena peristiwa ini terjadi pada
tahun 1967.
Contoh
Soal yang Lebih Baik:
Wakil dari Indonesia
yang turut menandatangani Deklarasi Bangkok adalah ....
a.
Mohamad Hatta
b.
Soekarno
c. Adam Malik
d. Ali Sastroamidjojo
Kunci: C
3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang
paling benar.
Contoh Soal yang Kurang Baik:
Kalimat di bawah ini yang berpelengkap adalah…
a. Pulau Banda
memiliki taman laut yang indah.
b. Kemarin
malam Badu Belajar bahasa Indonesia.
c. Kebun
binatang itu memiliki dua ekor panda cina.
d. Beni
berusaha belajar matematika mati-matian.
Kunci: B dan D
Penjelasan:
Contoh
soal di atas lebih dari satu pilihan jawaban yang benar, yaitu b dan d sehingga
dapat membingungkan siswa. Sedangkan jawaban yang diminta hanya satu jawaban
yang benar atau paling tepat.
Contoh Soal yang Lebih Baik:
Kalimat di bawah ini yang berpelengkap adalah...
a. Pulau Banda
memiliki taman laut yang indah.
b. Kemarin
malam Badu Belajar bahasa Indonesia.
c. Kebun
binatang itu memiliki dua ekor panda cina.
d. Beni sedang
memperbaiki sepeda mininya.
Kunci: B
4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan
tegas.
Contoh Soal yang
Kurang Baik :
Sikap tenggang rasa harus selalu dibina....
a. supaya
bangsa kita menjadu jaya
b. untuk
menciptakan kesejahteraan hidup
c. karena dapat
memperkokoh kerukunan antarumat beragama
d. agar
tercipta keselarasan hidup
Kunci : C
Penjelasan :
Perumusan
permasalahan dalam pokok soal tidak jelas, pengecoh menjadi sangat heterogen,
dan tidak jelas konsep apa yang ditanyakan.
Contoh
Soal yang Lebih Baik :
Sikap tenggang rasa harus selalu dibina, karena dapat….
a. menjunjung martabat bangsa dan
negara
b. menciptakan kesejahteraan
hidup
c. memperkokoh persatuan dan
kesatuan
d. mewujudkan kemakmuran dan
kejayaan
Kunci : C
5. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan
yang diperlukan saja.
Contoh Soal yang
Kurang Baik :
Pada peristiwa
G 30 S PKI tahun 1965, banyak jendral yang tewas yang kita sebut Pahlawan
Revolusi. Pahlawan Revolusi adalah pahlawan yang gugur dalam….
a. mempertahankan kemerdekaan bangsa
Indonesia yaitu dalam melaksanakan tugas pembangunan
b. membela tanah air dan tumpah darah
Indonesia dalam rangka mempertahankan kemerdekaan
c. Mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 dari
pengaruh komunisme yang ingin berkuasa
d. melaksanakan tugas pembangunan semesta
untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk Indonesia
Kunci : C
Penjelasan :
Rumusan
dan pokok soal dan pilihan jawaban di
atas berlebihan, karena ada bagian yang tidak diperlukan. Hal ini akan menyita sebagian
waktu yang disediakan.
Contoh
Soal yang Lebih Baik :
Pahlawan
revolusi adalah pahlawan yang gugur dalam….
a. memperjuangkan kemerdekaan dan pembangunan
b. membela tanah air dan mengisi kemerdekaan
c. mempertahankan
Pancasila dan UUD 1945
d. melaksanakan
pembangunan dan membela negara
Kunci : C
6. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah
jawaban benar
Contoh Soal yang
Kurang Baik :
Segitiga
sama sisi mempunyai tiga sudut yang sama besar. Besar salah satu sudutnya
adalah....
a. 300
b. 450
c. 600
d. 900
Kunci : C
Penjelasan :
Contoh
soal di atas kurang baik karena pada pokok soal terdapat petunjuk ke arah
jawaban yang benar yaitu kata “mempunyai
tiga sudut yang sama besar”.
Contoh
Soal yang Lebih Baik :
Besar
salah satu sudut segitiga samasisi adalah....
a. 300
b. 450
c. 600
d. 900
Kunci : C
7. Pokok soal
jangan menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda.
Contoh Soal yang Kurang Baik :
Pernyataan
di bawah ini bukan merupakan
sifat layang-layang, kecuali ....
a. diagonal-diagonalnya
merupakan sumbu simetri
b. sudut yang
berhadapan sama besar
c. semua
sisinya sama panjang
d. terdapat
satu simetri putar
Kunci : D
Penjelasan :
Pokok soal
di atas menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda, yaitu bukan dan kecuali. Penggunaan kata negatif
ganda tersebut dapat membingungkan siswa
dalam memahami pokok permasalahan yang ditanyakan.
Contoh soal yang Lebih baik :
Pernyataan
di bawah ini yang merupakan sifat layang-layang adalah....
a. diagonal-diagonalnya
merupakan sumbu simetri
b. sudut yang
berhadapan sama besar
c. semua
sisinya sama panjang
d. terdapat
satu simetri putar
Kunci : D
8. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
Contoh soal yang Kurang Baik :
Salah satu isi Dektrit Presiden tanggal 5 Juli tahun 1959 adalah ....
a. pembubaran Partai Komunis Indonesia
b. kembali ke Undang-undang Dasar 1945
c. pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat
d. dibentuknya Dewan Nasional yang terdiri dari
wakil-wakil semua partai yang ada
Kunci : B
Penjelasan
:
Pada
contoh soal di atas pilihan jawaban d paling panjang. Hal ini perlu dihindari
karena ada kecenderungan peserta didik untuk memilih pilihan jawaban terpanjang
sebagai kunci.
Contoh
Soal yang Lebih Baik :
Salah satu
isi Dekrit Presiden tanggal 5 Juli tahun 1959 adalah ....
a. pembubaran Partai Komunis Indonesia
b. kembali ke Undang-undang Dasar 1945
c. pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat
d. pembentukan Dewan Nasional
Kunci : B
9. Pilihan
jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua pilihan jawaban di atas
salah", atau "Semua pilihan jawaban di atas benar".
Contoh soal yang kurang baik :
Apa akibat yang
ditimbulkan pada kehidupan manusia jika kita menebang pohon secara sembarangan?
a. Akan terjadi banjir karena tidak ada akar
tumbuhan yang menahan air.
b. Kehidupan manusia tidak akan terpengaruh
karena manusia dapat menanam hutan yang baru.
c. Kehidupan manusia semakin sulit karena tidak
ada lagi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan.
d. Semua pilihan jawaban di atas salah.
Kunci : A
Penjelasan :
Contoh
soal di atas kurang baik karena hanya terdapat tiga pilihan jawaban yang
dipertimbangkan. Jika semua jawaban di atas benar merupakan kunci, maka kita
tidak mendapatkan informasi apakah peserta didik telah mengetahui dan memahami
dengan baik jawaban yang benar. Sebaliknya bila semua jawaban di atas salah
merupakan kunci maka kita tidak mendapat informasi apa-apa dari jawaban siswa
untuk pertanyaan tersebut.
Contoh
soal yang lebih baik :
Apa akibat
yang ditimbulkan pada kehidupan manusia jika kita menebang pohon secara
sembarangan?
a. Akan terjadi banjir karena tidak ada akar
tumbuhan yang menahan air.
b. Kehidupan manusia tidak akan terpengaruh
karena manusia dapat menanam hutan yang baru.
c. Kehidupan manusia semakin sulit karena tidak
ada lagi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan.
d. Manusia akan mencari sumber daya alam yang
lain sebagai pengganti hutan.
Kunci : A
10. Pilihan jawaban
yang berbentuk angka atau waktu
harus disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya nilai angka tersebut, atau
kronologis waktunya.
Contoh Soal yang Kurang Baik :
Bila suhu pada malam itu 20 °C, berapa derajat suhu pada malam itu bila dinyatakan dalam termometer Fahrenheit?
a. 77 °F
b. 45 °F
c. 68 °F
d. 36 °F
Kunci : C
Penjelasan:
Pilihan jawaban
di atas tidak berurutan dari besar ke kecil atau sebaliknya. Hal ini akan
menyita waktu lebih banyak bagi siswa untuk memahami dan memilih jawaban yang
tepat, karena harus membaca angka pilihan jawaban yang meloncat-loncat tidak
berurutan.
Contoh soal yang lebih baik :
Bila suhu pada malam itu 20 °C, berapa derajat suhu pada malam itu bila dinyatakan dalam termometer
Fahrenheit?
a. 36 °F
b. 45 °F
c. 68 °F
d. 77 °F
Kunci : C
11. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan
berfungsi.
Contoh
Soal yang Kurang Baik:
Grafik di bawah ini Menggambarkan berat badan murid kelas 6 SD.
Banyak murid yang berat badannya 30 kg adalah
….
a. 5 orang
b. 10 orang
c. 20 orang
d. 25 orang
Kunci: C
Penjelasan:
Grafik
dalam soal belum dilengkapi dengan angka yang memberikan informasi tentang
jumlah murid dan berat badan, sehingga informasi dalam grafik itu tidak jelas.
Akibatnya siswa yang mengerjakan soal itu tidak dapat menjawab dengan benar.
Contoh
Soal yang Lebih Baik :
Grafik di bawah ini Menggambarkan berat badan murid kelas 6 SD.
Banyak murid yang berat
badannya 30 kg adalah ….
a. 5 orang
b. 10 orang
c. 20 orang
d. 25 orang
Kunci: C
12. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
Contoh
Soal yang Kurang Baik:
1) Sebidang tanah
berukuran seperti pada gambar di bawah ini
Berapakah keliling tanah tersebut?
a. 92 m
b. 128 m
c. 144 m
d. 162 m
Kunci : B
2) Disekeliling tanah akan dipagar kawat dengan
biaya pemasangan tiap meter sebesar Rp24.000,00. Berapa rupiah biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan pagar kawat?
a. Rp2.208.000,00
b. Rp3.072.000,00
c. Rp3.456.000.00
d. Rp3.888.000,00
Kunci : B
Penjelasan:
Soal di atas dapat merugikan siswa, karena siswa yang tidak dapat menjawab dengan
benar pada soal nomor 1, pasti akan
menjawab salah pada soal nomor 2. Oleh karena itu soal nomor 2 harus diperbaiki
sehingga menjadi soal yang berdiri sendiri.
13. Rumusan
butir soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Contoh
Soal yang Kurang Baik:
Peninggalan kerajaan Majapahit di bidang
sastra antara lain kitab sutosoma dimana didalamnya terdapat semboyan Bhineka
Tunggal Ika. Kitab tersebut ditulis oleh….
a. empu Prapanca
b. empu Tantular
c. empu Sedah
d. empu
Panuluh
Kunci : B
Penjelasan:
Bahasa
yang digunakan pada rumusan pokok soal tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Contoh
soal yang lebih baik:
Peninggalan kerajaan Majapahit di bidang
sastra antara lain Kitab Sutosoma dimana didalamnya terdapat semboyan Bhineka
Tunggal Ika. Kitab tersebut ditulis oleh….
a. Empu Prapanca
b. Empu Tantular
c. Empu Sedah
d. Empu Panuluh
Kunci : B
4. Jangan menggunaan bahasa yang berlaku setempat, jika soal
akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
Contoh Soal yang Kurang Baik:
Peraturan harus ditaati, jangan dijadikan momok.
Sinonim kata momok pada kalimat di atas adalah....
a. alat
b. hantu
c. beban
d. musuh
Kunci: B dan C
Penjelasan:
Kata momok pada kalimat di atas dapat
diartikan sebagai hantu (bahasa Jawa) dan beban (bahasa Indonesia)
Oleh karen
itu, sebaiknya jangan menggunakan kata momok yang berlaku sebagai bahasa
setempat (Jawa) karena akan mengakibatkan soal tersebut bias.
Contoh
soal yang lebih baik:
Peraturan harus ditaati, jangan dijadikan beban.
Sinonim kata beban pada kalimat di atas adalah....
a. alat
b. hantu
c. musuh
d. kendala
Kunci: D
15. Pilihan
jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian. Letakkan kata dan frase tersebut pada pokok soal.
Contoh
Soal yang Kurang Baik:
Tanah
humus dapat dimanfaatkan untuk pertanian karena ....
a. berasal dari daun-daun yang telah mengering
b. berasal dari pembakaran daun yang kering
c. berasal dari kayu dan daun yang membusuk
d. berasal dari abu letusan gunung berapi
Kunci : C
Penjelasan:
Kata berasal dari ditulis secara berulang sampai 4 kali. Hal ini
menyebabkan siswa harus membaca kata tersebut berulang kali, sehingga menyita
lebih banyak waktu.
Contoh Soal yang Lebih Baik:
Tanah humus dapat dimanfaatkan untuk pertanian karena berasal dari....
a.
daun-daun yang telah
mengering
b.
pembakaran daun yang
kering
c.
kayu dan daun yang
membusuk
d.
abu letusan gunung berapi
Kunci : C
B. Contoh-Contoh Bentuk Soal Uraian
1. Uraian
Objektif:
Indikator: Siswa dapat menghitung suhu akhir campuran dan massa es
yang melebur dengan menggunakan rumus kekekalan energi.
Q lepas = Q diterima.
Contoh Soal yang Kurang Baik:
Es
sebanyak 1 kg pada suhu 0 0C dicampur dengan air 2 kg yang
bersuhu 30 0C. Diketahui
kalor lebur es adalah 80 kal gram-1 dan kalor jenis air adalah 1 kal
g-1 C-1.
Hitunglah:
Kalor yang dilepaskan!
Soal tersebut tidak sesuai dengan indikator. Tuntutan indikator adalah
menghitung suhu akhir campuran dan massa es yang melebur dengan menggunakan
rumus kekekalan energi : Q lepas = Q diterima, bukan kalor yang dilepaskan.
Contoh
Soal yang Lebih Baik:
Es
sebanyak 1 kg pada suhu 0 0C dicampur dengan air 2 kg yang bersuhu
30 0C. Diketahui kalor lebur es adalah 80 kal gram-1 dan
kalor jenis air adalah 1 kal g-1 C-1.
Hitunglah:
1. Suhu
akhir campuran!
2. Massa
es yang melebur.
PEDOMAN PENSKORAN
Kunci/Kriteria Jawaban
|
Skor
|
Diketahui :
|
|
m es = 1 kg = 1000 gram
|
|
t es =
0 oC
|
|
M a = 2 kg = 2000 gram
|
|
t a = 30oC
|
|
L es = 80 kal g-1
|
|
C a =
1 kal g-1 C-1
|
|
Ditanyakan :
|
|
a. Suhu akhir (t c) = ....
|
|
b. massa es yang mencair (m) = ....
|
|
Jawaban :
|
|
a) Untuk melebur es memerlukankalor Q es.
|
|
Q es = m . L
.............................................................................
|
1
|
= 1000 x 80
|
|
= 8 x 104 kalor ...................................................................
|
1
|
Untuk mencapai 0oC air
melepaskan kalor Q air
|
|
Q air = m. C. Dt ........................................................................
|
1
|
= 2000 x 1 x 30
|
|
= 6 x 106 kalori..................................................................
|
1
|
Q es
> Q air
es tidak mencair seluruhnya sehingga suhu
air =
suhu es = 0oC
|
|
tc = 0oC ................................................................................
|
1
|
b) Misalkan es yang lebur = x gram
|
|
m L = ma . C Dt........................................................................
|
1
|
X L = ma . C Dt
|
|
80 x = 6 . 104 Jadi x =
|
|
Es yang melebur = 750 gram..........................................................
|
1
|
Skor Maksimum
|
7
|
2. Uraian Non Objektif:
Contoh
soal yang kurang baik:
Buatlah
karangan dengan topik “meningkatkan minat baca siswa”.
Penjelasan:
Contoh
soal di atas kurang baik karena panjang karangan tidak dibatasi, dan apa yang
dinilai dari karangan siswa tidak diberitahukan.
Contoh
soal yang lebih baik:
Buatlah
karangan dengan topik “meningkatkan minat baca siswa” sebanyak kurang lebih 150
kata. Perhatikan ejaan, tanda baca, struktur kalimat, dan hubungan/keterkaitan
(koherensi) antar kalimat.
Pedoman Penskoran
NO.
|
KRITERIA JAWABAN
|
SKOR
|
1.
|
Kesesuaian
antara judul dan isi cerita
-
Judul sesuai dengan isi
cerita
-
Judul agak sesuai dengan
isi cerita
-
Judul tidak sesuai
dengan isi cerita
|
0-2
2
1
0
|
2.
|
Ketepatan
penulisan ejaan
-
Tidak ada kesalahan ejaan
-
Bila ada kesalahan ejaan 1-3 kata
-
Bila ada kesalahan ejaan 4-6 kata
-
Bila ada kesalahan ejaan lebih dari 6 kata
|
0-3
3
2
1
0
|
3.
|
Ketepatan
penulisan tanda baca
-
Tidak ada kesalahan tanda baca
-
Bila ada kesalahan ejaan 1-5 kata
-
Bila ada kesalahan ejaan 6-10 kata
-
Bila ada kesalahan ejaan lebih dari 10 kata
|
0-3
3
2
1
0
|
4.
|
Ketepatan
struktur kalimat
-
Semua kalimat memiliki struktur yang tepat
-
Ada 1 kalimat yang strukturnya tidak tepat
-
Ada 2 kalimat yang strukturnya tidak tepat
-
Lebih dari 2 kalimat yang strukturnya tidak
tepat
|
0-3
3
2
1
0
|
5.
|
Kepaduan
antar kalimat
-
Semua kalimat padu
-
Ada 1 kalimat yang tidak padu
-
Ada 2 kalimat yang tidak padu
-
Lebih dari 2 kalimat yang tidak padu
|
0-3
3
2
1
0
|
SKOR MAKSIMUM
|
14
|
|
C.
Contoh Soal Unjuk Kerja (Praktik)
Kisi-kisi Penilaian
Kinerja
No.
|
Kompetensi Dasar
|
Kls
|
Materi
|
Indikator
|
1
2
|
1.4 Mendeskripsi- kan sistem
pencernaan pada manusia dan dan hubungannya dengan kesehatan
2.2
Mendeskripsi-
kan
proses perolehan nutrisi dan
transformasi energi pada tumbuhan hijau
|
VIII
XII
|
Uji enzim
Pengangkutan air pada batang
Tumbuhan
|
Siswa
dapat melakukan percobaan untuk menguji salah satu enzim pencernaan manusia
Siswa
dapat merencanakan dan melakukan percobaan tentang pengangkutan air pada
batang tumbuhan
|
Soal :
1. Buatlah
percobaan untuk menguji peran enzim amylase dari air liur manusia!
Contoh Pedoman
Pensekoran Kinerja
No.
|
Aspek yang dinilai
|
Ya
|
Tidak
|
1.
|
Persiapan
·
Menentukan hipotesa dari percobaan
·
Menyiapkan alat dan bahan percobaan dengan
benar
Pelaksanaan
·
Merangkai/ mengatur
letak alat-alat serta bahan penelitian dengan benar
·
Memasukkan nasi halus
diberi air ke tabung reaksi
·
Memasukkan nasi halus
diberi air liur ke tabung reaksi
·
Meneteskan larutan
Benedict ke dalam empat tabung di atas
·
Memanaskan keempat tabung tersebut
·
Memperhatikan
perubahan yang terjadi di tabung-tabung reaksi
·
Merapikan alat dan bahan percobaan
Hasil akhir
·
Membuat laporan percobaan dengan lengkap
|
||
Skor perolehan
|
|||
Skor maksimum
|
10
|
||
Keterangan:
Semakin banyak siswa
dinilai ya (melakukan apa yang
ditugaskan) oleh pengamat (guru) berarti
semakin tinggi skor yang diperoleh siswa, semakin banyak siswa dinilai tidak oleh pengamat (guru), semakin
rendah skor siswa.
2.
Lakukanlah percobaan tentang pengangkutan air dalam batang tumbuhan, kemudian
buatlah laporannya dengan lengkap!
Contoh Pedoman Pensekoran (Menggunakan Skala Penilaian)
No.
|
Deskripsi
|
Rentang Skor
|
1.
2.
3
|
Persiapan
·
Menyiapkan alat ( gelas kimia, pisau, ember
plastik)
·
Menyiapkan bahan ( tanaman pacar air segar,
larutan eosin/ tinta merah, air)
Pelaksanaan
·
Menyediakan gelas
kimia untuk diisi air dan ditetesi larutan eosin
·
Memotong 2 batang tanaman dari potnya, batang yang
satu dibuang semua daunnya, kemudian memasukkan batang tanaman tersebut ke
dalam gelas kimia yang berbeda
·
Memperhatikan
perubahan yang terjadi di kedua gelas Kimia selama 30 menit
·
Merapikan semua alat-alat
dan bahan percobaan
Hasil akhir
(laporan)
·
Kebersihan
·
Kerapian
·
Kelengkapan isi laporan
|
0 – 3
0 – 3
0 – 2
0 – 2
0 – 12
0 – 3
0 – 3
0 – 3
0 - 3
|
Skor yang diperoleh
|
||
Skor maksimum
|
34
|
Komentar
Posting Komentar