Tujuan, Prinsip, dan Tahapan/Sintaksis Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar konstruksivistik yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata (autentik) untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000).Problem Based Learning untuk pemecahan masalah yang komplek, problem-problem nyata dilakukan menggunakan pendekataan studi kasus, penelitian dan penetapan solusi untuk pemecahan masalah (Bernie Trilling & Charles Fadel, 2009: 111). Untuk itu pembelajaran model ini belajarnya diawali dengan permasalahan dan diupayakan sebagai permasalahan yang nyata atau realsebagai penggerak proses pembelajaran.

a.   Tujuan pembelajaran PBL

Untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOTS) yakni pengembangan kemampuan berfikir kritis, kemampuan pemecahan masalah dansecara aktif mengembangkankeinginan dalam belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan belajar (Norman and Schmidt, 1992). Pengembangan kemandirian belajar dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber-sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.

Brasford and Stein dalam David H. Jonanssen (2011:3) menguraikan“belajar pemecahan masalah adalah seperangkat proses pengidentifikasian potensi masalah, penentuan masalah, mengembangkan strategi pemecahan yang tepat, melaksanakan pemecahan dan memeriksa ulang serta mengevaluasi pengaruh dari pelaksanaan pemecahan”.

Pembelajaran pendekatan pemecahan masalahakan memberikan pengalaman belajar pada peserta didik yang lebih mendalam terhadap kompetensi yang dipelajarinya dibanding dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan tradisional. Kemampuan memecahkan masalah merupakan kecerdasan beralasan yang menuntut dan digunakannya kemampuan berpikir tingkat tinggi oleh peserta didik. Untuk itu peserta didik ditempatkan dalam situasi permasalahan, yang selanjutnya peserta didik akan menggunakan memorinya untukmengingat kembali aturan-aturan atau konsep yangsesuai dan menerapkannya dalam usaha menemukan solusi pemecahan permasalahan.

b.   Prinsip-prinsip pembelajaran PBL

Terdapat sejumpah prinsip-prinsip penting yang harus diperhatikan oleh pengajar dalam penggunaan pendekatan pembelajaran pemecahan masalah baik digunakan melalui pengajaran di kelas maupun pengajaran dengan setting berbasis komputer. Adapun prinsip-prinsip tersebutsebagai berikut.

1)      Pemecahan masalah yang berkaitan dengan keterampilan kerja atau pekerjaan pada dunia nyata (real job), penekanan pengajarannya harus dilakukan secara tepat dalam hal pengidentifikasianpengetahuan deklarative (konsep/prinsip) dan pengetahuan prosedural.
2)      Dalam langkah pendahuluan berkaitan dengan kontek pemecahan masalah, pengajaran bisa dilakukan dengan cara penyajian pengetahuan prosedural atau pengetahuan deklarative lebih awal, atau juga dapat dilakukan dengan cara pengintegrasian kedua pengetahuan tersebut (pengetahuan deklarative dan prosedural).
3)      Ketika mengajar pengetahuan deklaratif , penekanan dilakukan pada model mental yang sesuai dengan pemecahan masalah yang akan dihadapi melalui cara penjelasan struktur pengetahuan dan menanyakan kepadapeserta didik untuk memprediksi apa yang akan terjadi atau penjelasan mengapa sesuatu itu terjadi.
4)      Menekankan pada pengajaran pemecahan masalah bentuk strukturmoderat dan struktur tidak beraturan sejauh pembahasannya untuk mencapaitujuan pembelajaran.
5)      Mengajarkan keterampilan pemecahan masalah sesuai dengan kontek yang akan digunakan peserta didik. Menggunakan masalah-masalah yang otentik, juga dalam praktek dan penilaiannya baik dalam skenario belajar berbentuk simulasi atauproyek.
6)      Gunakan strategi mengajar deduktif untuk pengetahuan deklarativedan bentuk pemecahan masalah terstruktur/sistimatis
7)      Gunakan strategi mengajar induktif untuk meningkatkan model berpikir sintesis dan bentuk pembelajaran pemecahan masalah moderat serta struktur tidak beraturan (ill structured) .
8)      Menggunakan latihan permasalahan, langkah ini akan membantu peserta didik memahami tujuan dan membantu mereka menguraikan kedalam tujuan-tujuan antara.
9)      Gunakan kesalahan-kesalahan yang dibuat peserta didik dalam pemecahan masalah sebagai bukti konsepsi yang tidak tepat dan menebak-nebak. Jika dimungkinkan tentukan konsepsi yang salah dan konsepsi yang tepat.
10)    Ajukan pertanyaan dan berikan saran tentang strategi untuk meningkatkan peserta didik melakukan refleksi pada strategi pemecahan masalah yang sedang mereka gunakan. Langkah ini dapat dilakukan sebelum atau sesudah peserta didik melakukan tindakan pemecahan masalah.
11)    Memberikan latihan denganstrategi pemecahan masalah yang hampir sama dalam berbagai kontek untuk meningkatkan pegeneralisasian.
12)    Ajukan pertanyaan yang dapat meningkatkan peserta didik dalam menyerap keterampilan megeneralisasi dalam berbagai permasalahan dengan materi yang berbeda.
13)    Gunakan berbagai jenis kontek, masalah dan gaya mengajar yang akan meningkatkan keingin tahuan, motivasi, percaya diri, ketekunan dan pengetahuan tentang diri sertamereduksi kehawatiran peserta didik.
14)    Rencanakan serangkaian pembelajaran yang menumbuhkan hingga kesempurnaan dari tingkat pemula hingga pemahaman tingkat akhli/kompeten daristruktur pengetahuan yang digunakan.
15)    Jika mengajar bentuk pemecahan masalah dengan struktur tersusun baik (well structure problem), yakinkan peserta didik dapat mengikuti pembelajaran pemecahan masalah dengan baik. Jika prosedur belajar tersebut dilakukan terus menerus oleh peserta didik pada bentuk pembelajaran pemecahan yang hampir sama, maka akan terbentuk kemampuan yang otomatis.
16)    Jika mengajar dengan pendekatan pemecahan masalah bentuk struktur moderat, dorong peserta didik menggunakan pengetahuan deklaratifnya untuk mengembangkan strategi yang sesuai dengan kontek dan permasalahannya. Mengikuti berbagai banyak strategi yang tepat untuk mencapai solusi dan mereka dapat membandingkannya hingga mana yang paling efektif dan efisien.
17)    Jika mengajar dengan pendekatan pemecahan masalah bentuk struktur yang tidak beraturan (Ill structure problem), dorong peserta didik menggunakan pengetahuan deklaratifnya untuk menetapkan tujuan dengan solusi yang dapat diterima dan dikembangkan. Ikuti strategi pemecahan dan solusi yang tepat kemudian bandingkan oleh peserta didik hingga mana yang paling efektif dan efisien dari berbagai strategi dan solusi tersebut.

c.   Sintak model Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:

1)   Mengidentifikasi masalah. Pada tahapan ini dilakukan pengidentifikasian masalah melalui curah pendapat dari kasus yang diberikan.
2)   Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan. Pada tahap ini peserta didik diajak mendata sejumlah fakta pendukung sesuai dengan masalah, dan pengetahuan-pengetahuan yang harus diketahui (pengetahuan deklaratif berupa konsep dan prinsip) berkenaan dengan masalah.
3)   Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang. Pada tahap ini peserta didik diajak berfikir untuk mengembangkan pemecahan masalah melalui berfikir prosedur untuk melakukan penelaahan letak penyebab masalah melalui pengumpulan imformasi dari setiap langkah melalui pemeriksaan hingga ditemukan penyebab utama masalah.
4)   Melakukan tindakan strategis. Peserta didik diajak mengembangkan tindakan strategis yang didasarkan atas temuan untuk memecahkan masalah.
5)   Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan. Peserta didik diajak memeriksa pengaruh hasil tindakan terhadap permasalahan yang terjadi di dalam sistem, dengan menggunakan rujukan seperti contoh service manual hingga sistem bekerja secara normal sesuai tuntutan rujukan.

d.   Sintak model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas:

1)   Merumuskan uraian masalah

Pada tahap ini, peserta didik dihadapkan pada kasus, mengidentifikasi masalah dan merumuskan kemungkinan penyebab masalah.

2)   Mengembangkan kemungkinan penyebab

Pengembangan kemungkinan penyebab dilakukan berdasarkan observasi dan pemeriksaan terhadap fungsi yang di dasarkankonsep atau prinsip.

3)   Mengetes penyebab atau proses diagnosis

Menganalisis data-data hasil pemeriksaan dan menentukan penyebab utama menggunakan berfikir prosedur serta melakukan perlakuan/perbaikan.

4)   Mengevaluasi

Memeriksa hasil perlakuan/perbaikan dan membandingkannya dengan acuan rujukan atau service manual untuk menentukan kasus/permasalahan telah dapat diatasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pedoman Penyusunan Soal Pilihan Ganda (PG), Esai (Uraian), dan Praktik (Kinerja)

Silabus Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital SMK-MAK (Paket Keahlian Multimedia) Kelas 12